2018 terbukti menjadi tahun yang berat bagi pasar saham dalam negeri. Sepanjang tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan pelemahan sebesar 3,84%.
Memasuk tahun 2019, tentu ada harapan baru yang dibawa oleh investor. Pasalnya, terhitung sejak tahun 2001, tak pernah sekalipun IHSG melemah selama 2 tahun berturut-turut.
Namun, perdagangan di tahun depan juga tak akan berlangsung mudah. Faktor luar dan dalam negeri berpotensi menekan laju bursa saham dalam negeri. Dari luar negeri, ada potensi terjadinya resesi di AS. Indikasi awalnya sudah terlihat.
Dalam 3 resesi terakhir yang terjadi di AS (1990, 2001, dan 2007), selalu terjadi inversi pada spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun. Melansir CNBC International yang mengutip Bespoke, dalam 3 resesi terakhir, inversi pertama spread yield obligasi tenor 3 dan 5 tahun datang rata-rata 26,3 bulan sebelum resesi dimulai.
Perang dagang antara AS dengan China bisa jadi merupakan pemicu resesi di AS nantinya.
Dari dalam negeri, Indonesia akan menghadapi tahun politik. Secara bersamaan pada 17 April 2019, akan digelar pemilihan umum legislatif dan presiden.
2 pasang calon presiden dan wakil presiden yakni Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno akan berkompetisi dalam memenangkan hati masyarakat Indonesia guna menempati posisi RI-1 dan 2.
Lantas, bagaimana performa IHSG pada tahun politik?