Lembaga Pusat Kajian kepolisian ( Lemkapi) mengapresiasi terobosan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian yang akan menyiapkan sosok Polwan terbaik untuk menjadi Kapolda. Promosi jabatan untuk Polwan tersebut tidak saja merupakan hal biasa di organisasi aparat penegak hukum dan kamtibmas berseragam coklat, tetapi juga merupakan bagian penyegaran tugas kepolisian di lapangan.
“Catatan Lemkapi saat ini ada empat Perwira Tinggi Polwan dengan pangkat masing masing jenderal bintang satu. Mereka adalah Brigjen Pol Ida Oetari ( Lemdiklat Polri). Brigjen Pol Sri Handayani (Kasetukpa Polri), Brigjen Pol Juarsih (BNN), dan Brigjen Nur Afiah MH ( widyaswara Madia Sespim Polri). Keempat pati Polwan itu memenuhi syarat jika salah satunya ditunjuk Kapolri sebagai calon Kapolda. Kendati demikian, hal tersebut merupakan hak prerogatif Kapolri,” ujar Direktur Eksekutif Lemkapi Edi Hasibuan dalam percakapan dengan SP di Jakarta, Minggu (20/8) malam.
Menurut Edi, penempatan kembali pati Polwan sebagai kandidat pimpinan markas kepolisian daerah (Kapolda, red) selain merupakan kebutuhan, juga sudah lama pimpinan Polri tidak menunjuk sosok Polwan sebagai calon orang nomor satu di Polda (kapolda, red).
Dikatakan, posisi terakhir pati Polwan dipilih sebagai pucuk pimpinan Polda yakni Brigjen Pol Rumiah yang ditunjuk menjadi Kapolda Banten di era tahun 2010. Lemkapi menegaskan, sudah saatnya Polwan kembali mendapat kepercayaan untuk menjadi pimpinan Polda. Mengingat dari segi kapabilitas Polwan, sudah banyak yang mampu berkarya dengan banyak prestasi, sehingga mereka sangat layak memimpin Polda.
Namun, kata Edi, harus diseleksi ketat untuk penugasan Polwan sebagai Kapolda. Artinya, siapa pun sosok Polwan tersebut harus betul-betul sebagai polisi wanita tangguh dalam bekerja. Calon tersebut, paparnya, harus cerdas, tegas, dan humanis, serta siap menyelesaikan penanganan kasus dengan tidak tebang pilih. Selain itu, Kapolda Polwan juga harus berani dan konsisten melawan intervennsi serta godaan dari luar.
“Contoh Polwan yang kinerjanya bagus saat ini bisa kita lihat sosok Irjen Pol Basaria Panjaitan yang saat ini menjadi Wakil Ketua KPK yang baru saja memasuki masa pensiun. Yang pasti track record Irjen Basaria sudah teruji. Hal ini bisa kita lihat dari tugas-tugas beliau sejak berkarir di Polri sampai KPK di maa ia sangat tangguh di KPK,” kata Edi Hasibuan yang juga doktor ilmu hukum Universitas Borobudur Jakarta ini.
Menurut mantan anggota Kompolnas ini, berdasarkan penilaian Lemkapi terhadap kinerja Polwan selama ini terus mengalami peningkatan dari berbagai tugas kepolisian. Bahkan, berkat semakin tersebarnya anggota-anggota terbaik Polwan di lapangan telah menambah bagus citra kepolisian.
Lebih dari itu, paparnya, Polwan memiliki kateristik kinerja yang lebih rapih dan tertib dari polisi lelaki. Dikatakan, personel Polwan lebih sulit didekati untuk pelaku KKN, mereka juga lebih konsisten, kritis, atau cerewet dalam memimpin tugas kepolisian. Namun, Polwan tegas dalam tugas.
Terkait kelemahan Polwan, kata Edi, polisi wanita itu sering kali kalah dalam bertindak cepat karena Polwan memiliki banyak kelemahan sesuai kodratnya sebagai wanita.
Kendati demikian, secara umum, lanjut Direktur Eksekutif Lemkapi ini, sosok Polwan yang terbaik sudah layak dan tepat untuk menduduki posisi Kapolda tipe A alias bintang dua.
Sementara itu, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengakui saat ini masih rendah jumlah polisi wanita (Polwan) dalam institusi korps Bhayangkara, yang hanya berjumlah 20 persen dari keseluruhan anggota Polri yang ada.
Tito saat menghadiri acara olahraga bersama dalam rangka menyambut hari jadi ke-69 polisi wanita (Polwan) yang jatuh pada 1 September 2017 dan hari jadi ke-65 Bhayangkari di Mapolda Metro Jaya, Minggu (20/8) mengatakan, kondisi jumlah personel Polri hingga Agustus 2017 didominasi polisi laki-laki. Hanya 20 persen dari Polwan.
“Padahal, sekarang eranya kesamaan gender, emansipasi. Kami juga inginnya Polwan itu enggak jadi second class citizens,” ujar Tito.
Sayangnya, lanjut Tito, jumlah kecil itu dibarengi pula dengan peran Polwan yang masih minim di institusi Kepolisian. Padahal, di beberapa negara, seperti Inggris dan Australia, Polda itu diberikan jabatan strategis.
Menurut Tito, Polwan di Indonesia mayoritas berfungsi seolah sebagai pemanis. Padahal, mereka dididik untuk menangkap maling. Sedangkan di jabatan-jabatan operasional, dilatih juga, apalagi di Akpol. Tapi, sayang sekali mereka hanya untuk mengantar minuman dan makanan.
Karena itu, ia berharap, ke depan Polwan bisa ditempatkan di jabatan strategis. Contohnya, dengan menempatkan Polwan sebagai Kapolda pada wilayah kepolisian bertipe A.
Karena untuk wilayah tipe B, kata dia, sudah pernah dijabat oleh seorang Polwan. Untuk saat ini saja, tuturnya, empat Polwan telah berpangkat Brigadir Jenderal.
“Nanti kami akan mencari Polwan yang bagus, yang tepat untuk menjadi Kapolda. Tapi bukan hanya Kapolda Tipe B. Jadikan Kapolda bintang dua, yang agak keras dikit gitu,” tegas Tito.